SUMENEP, (TransMadura.com) –
Kekayaan kabupaten sumenep, Madura, Jawa Timur tempat wisata hanya untuk sekedar tefresing disaat liburan sangat banyak dengan keindahan panorama memukau.
Namun, selain itu, Sumenep juga memiliki tempat wisata religi yang mempunyai sejarah dan sangat mengagumkan.
Saat berkunjung ke tempat religi di Sumenep bisa mendapat berbagai kesejukan dan merenungi tentang nilai sejarah masa lalu.
Yang pertama, wisata religi Masjid Agung Sumenep, yang harus dikunjungi para wisatawan, sebab mempunyai sejarah islam dengan posisi mengahadap ke Tama Bunga di kota keris ini.
Masjid Agung ini kenal Masjid Jamik Panembahan Somala yang merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara.
Masjid Jamik Sumenep saat ini telah menjadi salah satu landmark di Pulau Madura. Dibangun Pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI, dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango.
Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton. Yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan Masyarakat.
Masjid Jamik ini, adalah masjid kedua yang dibangun oleh keluarga keraton, di mana sebelumnya kompleks masjid berada tepat di belakang keraton yang lebih dikenal dengan nama Masjid laju yang dibangun oleh Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa, penguasa Sumenep XXI.
Wisata Religi kedua, Asta Tinggi Sumenep, yang mempunyai arti etimologi, yakni makam yang terletak di puncak atau bukit, disebut asta tinggi.
Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat makam dari para raja, namun juga makam dari keluarga -keluarga raja, sentana, dan punggawa sejak abad XVI.
Dari banyak sumber sejarah mengatakan bahwa Asta Tinggi memiliki nilai kekeramatan yang tinggi. Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis yang tinggi sekarang hal tersebut seperti sudah lenyap karena sudah banyak orang yang berziarah.
Orang banyak berziarah ke asta tinggi, karena raja-raja sumenep juga dikenal karena kewaliannya, perduli terhadap perkembangan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.
Makam pertama yang ada di Asta Tinggi adalah makam dari R.Mas Pangeran Anggadipa yang merupakan seorang adipati. Makam perempuan di samping beliau adalah makam dari istri beliau yang bernama R.Ayu Mas Ireng, R.Ayu Mas Ireng sendiri adalah putri dari Panembahan Lemah Duwur.
Dulu ada awalnya Asta Tinggi, tidak memiliki pagar hanya rimba belantara dan batuan terjal. Untuk menghormati Pangeran Anggadipa dan istrinya Pangeran Rama. Ketika itu menjabat sebagai adipati sumenep membangun pagar hanya dengan batu-batu yang disusun rapi. Asta Tinggi sendiri memiliki dua bagian dimana bagian barat memiliki corak jawa. Di bagian timur sendiri lebih didominasi oleh corak Cina, Eropa, Arab dan Jawa.
Pembangunannya sendiri berlanjut dari masa pemerintahan Panembahan Notokusumo I Asirudin dan Sultan Abdur Rahman yang tidak lain dan tidak bukan adalah putranya, dan masih berlanjut lagi di masa pemerintahan Panembahan Moh.Saleh.
(Red)