banner 728x90
Hukum  

Konsumsi Miras Oplosan, Mahasiswa Di Sumenep Tewas


Transmadura.com, Sumenep – Hariyono (22) warga Dusun 1 Karangkonga Desa Saseel Kecamatan/Pulau Sapeken, Sumenep, Jawa Timur yang berstatus mahasiswa ini meninggal dunia usai pesta minuman keras (miras) jenis oplosan sekitar 1 liter lebih.

Kasubag Humas Polres Sumenep, AKP Suwardi menjelaskan, empat hari sebelumnya Haroyono sempat bertengkar dengan istrinya yang diduga karena salah faham.

banner 728x90

“Sejak itulah, Hariyono meninggalkan isterinya di rumah kontrakan Jl. Urip Sumoharjo Desa Pabian Kecamatan Kota, dan memilih tinggal di kontrakan temannya Fajri,” katanya.

Kemudian pada Minggu 26 Maret 2017 sekitar pukul 13.00 hingga pukul 17.00 Wib korban bersama lima temannya, yakni Khoirullah, Ilham, Fajri, dan Wafi serta Irfan membeli minuman beralkohol yakni anggur merah 2 botol, anggur putih 2 botol dan bir Balige 2 botol.

“Pesta meras itu dilakukan di kontrakan temennya yang bernama Khoirullah,” katanya, Rabu, 29 Maret 2017.

Baca Juga :   Ngangkat Tenaga Baru, Salah Satu Dinas di Sumenep Diduga Potong Gaji Tenaga Honorer Non ASN

Menurut mantan Kapolsek Giligenting ini, pesta miras pertama itu ternyata tidak membuat Hariyono tenang menghadapi masalah yang dirundung selama ini, sehingga ke esokan harinya, Senin 27 Maret 2017 sekitar pukul 19.00 hingga pukul 21.00 WIB korban bersama Khoirullah kembali pesta miras oplosan sebanyak 1 liter spirtus dengan 10 gelas Ale-Ale rasa strawberry.

Barulah setelah pesta kedua kalinya korban tertidur pulas di kontrakan Khairullah Jl. Barito Desa Pandian Kecamatan Kota.

“Baru dia bangun sekitar pukul 03.00 WIB, namun setelah bangun dia muntah-muntah dan tertidur kembali,” jelasnya.

Lebih lanjut Suwardi mengatakan, baru sekitar pukul 15.00 WIB korban bangun dari tidurnya namun masih dalam kondisi mabok, setelah itu teman korban Khoirullah menghubungi Fajri agar menjemput korban karena kondisinya sangat lemah.

Baca Juga :   Investasi 1 Miliar US Dollar, Komisi II DPRD Sumenep Minta Bupati Menyambut Baik

Tidak lama kemudian, Fajri menjemput korban dan dibawa ke kontrakannya Fajri yang terletak di Jl. Teuku Umar, Desa Pandian Kecamatan Kota. Sesampainya di kontrakan Fajri, kotban dibiarkan tidur di kamar kosong.

Alangkah terkejutnya, sekitar pukul 18.00 WIB mulut korban diketahui mengeluarkan busa, bahkan saat dipanggil beberapa kali korban sudah tidak merespon. Melihat kondisi itu, Fajri menjemput Khoirullah dan Ilham ke kontrakannya. Tujuannya ingin membawa korban ke rumah sakit.

“Lalu dia bertiga membawa korban ke Puskesmas dengan menggunakan becak, tapi sesampainya di Puskesmas Pandian sudah dinyatakan meninggal dunia,” sambungnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban masih tercatat sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Sumenep. “Katanya dia mahasiswa, apakah masih aktif atau tidak kurang faham. Karena teman-temanya masih shock,” tegasnya. (Asm/Boy).

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *