SUMENEP, (Transmadura.com) –Kabupaten Sumenep, Jawa Timur menempati peringkat pertama dalam penurunan pengentasan kemiskinan dalam tiga tahun terakhir ini.
Penurunan angka kemiskinan lebih baik dan siknifikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat tahun 2022 kemiskinan mencapai 18,76 persen, pada 2023 menurun menjadi 18,7 persen dan pada tahun 2024 turun 17,78 persen. Penurunan menjadi 0,92 persen.
Kepala BPS Sumenep, Joko Santoso, menyampaikan, bahwa penurunan ini menempatkan Sumenep sebagai peringkat pertama dalam penanganan kemiskinan di Jawa Timur.
Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin berkurang dari 206,20 ribu jiwa pada 2022 menjadi 196,42 ribu jiwa pada 2024.
Sementara, data periode 2016-2021, angka kemiskinan menunjukkan fluktuasi, dengan puncaknya mencapai 20,51 persen pada tahun 2021 akibat pandemi COVID-19.
Angka kemiskinan Tahun 2016 sebesar 20,09 persen. Tahun 2017 sebesar 19,62, tahun 2018 sebesar 20,16, tahun 2019 mencapai 19,48, naik menjadi 20,18 persen pada tahun 2020.
Penurunan dalam tiga tahun terakhir lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kepala Bappeda Sumenep, Arif Firmanto mengungkapkan bahwa keberhasilan program pemerintah di era Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo, seperti bantuan untuk guru ngaji, beasiswa, dan pembangunan infrastruktur, telah berperan penting dalam pengurangan angka kemiskinan.
Sektor ketenagakerjaan juga berkontribusi dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 1,36 persen pada tahun 2022, terendah di Jawa Timur.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan tren positif, meningkat dari 67,74 persen pada 2021 menjadi 69,13 persen pada 2023.
Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama di wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi. Pemerintah berencana memperkuat infrastruktur dan meningkatkan dukungan untuk usaha mikro dan kecil.
Dengan tren penurunan yang positif, Sumenep diharapkan semakin mendekati target pengentasan kemiskinan ekstrem sesuai SDGs 2030.
(Red)